---Peace Syndicate---: Makna Lagu "Ngelmu pring" part 1

Makna Lagu "Ngelmu pring" part 1









"Pring reketeg gunung gamping ambrol, ati kudu teteg ja nganti urip kagol.
> Pring reketeg gunung gamping ambrol, uripa sing jejeg nek ra eling jebol."



‘reketeg’ = digunakan untuk mdeskripsikan suara, suara bambu yg bgemeretak/berderak, mungkin krn goncangan yg keras seperti gempa bumi
‘gamping’=kapur
‘ambrol’= bisa diartikan rontok/rusak/hancur, tapi disini mungkin maknanya longsor
‘teteg’ =kata ibu sama artinya dengan ‘istiqomah’
‘kagol’ = kira2 sama ama kecewa,
‘jejeg’ =dalam bahasa Indonesia artinya lurus, tegak
‘eling’ =artinya ingat

Jadi kalau diartikan secara kalimah:
‘Bambu bderak tanda gunung kapur akan longsor’
‘hati hrs istiqomah jangan sampai hidupmu mengecewakan’
‘Bambu berderak tanda gunung kapur akan longsor’
‘jalani hidup dengan lurus kalau tidak ingat kau akan hancur!


Wah wagu ya ya udah aku terangin aja :

Ketika bambu berderak menandakan gunung kapur akan longsor. Ini bukan ilmiah lho! Cum a kata orang2 tua di Jawa aja (itu pun jaman dulu..) Karen saking hebatnya, pohon bambu bisa hidup di gunung kapur (tanaman lain jg bisa kale..) yang bikin istimewa, pohon bambu merupakan tanaman koloni, hidupnya bergerombol. Seperti manusia yang mau tak mau harus hidup dlm masyarakat. Tapi justru karen hidupnya berkoloni bambu mampu bertahan walaupun tubuhnya ramping & mjulang tinggi. Bayangkan saja kalo bambu itu cumm sbatang, selain gak kuat menahan terpaan angin, juga tampak janggal, Ular2 pun gak bisa sembunyi.. nah, jika pohon bambu yg kuat menahan angin aja bgemeretak, berarti ada kekuatan yg lebih besar yg mampu mgoncangnya. Dalam hal ini adalah bencana alam sperti gempa bumi atau tanah longsor. Sampai disini, tentunya temen2 bisa menganalisis sendiri maksud kalimat bila tadi, bambu berderak menjadi pertanda bahwa gunung kapur akan longsor. Demikian pula dalam kehidupan bermasyarakat, masing2 manusia yang hidup di dalamnya harus saling bgotong royong, hidup rukun satu sama lain. Jika dalam suatu masyarakat (atau dalam skala yg lebih besar: bangsa) warganya mlupakan tujuan hidup yg sbenarnya, mementingkan diri sendiri, saling bertikai (di analogikan dengan bambu yg bergemeretak), maka masyarakat itu jadi rapuh, mudah dihancurkan. Oleh karena itu, setiap individu diharapkan menjalani hidup dengan istiqomah, menjaga hati, pikiran, perbuatan, & perkataannya agar tercipta masyarakat yang rukun, damai & tenteram.

Hal tersebut di atas sebenarnya merupakan inti sari dari filosofi bambu, yang kemudian diuraikan melalui 8 baris pantun berikutnya:
Pring deling, tegese kendel lan eling. Kendel marga eling timbang nggrundel nganti suwing.
Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg, rejeki seret, ra sah dha buneg.
Pring ori, urip iku mati. Kabeh sing urip mesti bakale mati.
Pring apus, urip iku lampus. Dadi wong urip aja seneng apus-apus.
Pring petung, urip iku suwung. Sanajan suwung nanging aja padha bingung.
Pring wuluh, urip iku tuwuh. Aja mung embuh ethok-ethok ora weruh.
Pring cendani, urip iku wani. Wani ngadepi aja mlayu marga wedi.
Pring kuning, urip iku eling. Wajib padha eling, eling marang Sing Peparing

‘pring deling, pring ori, pring apus, pring petung, pring wuluh, pring cendani, & pring kuning’ mrupakan berbagai macam jenis bambu

‘kendel’= berarti istirahat, tapi mungkin disini maksudnya diam;
‘nggrundel’= artinya menggerutu;
‘suwing’ = sumbing;
‘suket’ = rumput;
‘dhuwur’ = tinggi;
‘buneg’= bisa diartikan pusing, stress;
‘lampus’= hehehe ini akau gak tau;
‘suwung’ = gila, sinting; ‘
‘tuwuh’ = tumbuh; ‘weruh’ = mlihat, tau, ngerti, paham;
‘wani’ = berani;
‘ngadepi’ = menghadapi;
‘mlayu’ = lari;
‘wedi’ = takut;
‘Sing Peparing’ = Yang Maha Pemberi.

Lalu kalau disatukan menjadi seperti ini
Bambu deling, artinya diam dan ingat. Diam karena ingat dari pada menggerutu sampai sumbing.
Bambu merupakan rerumputan, tinggi tapi lurus, rejeki seret, tak perlu pusing.
Bambu ori, hidup itu mati. Semua yang hidup pasti akan mati.
Bambu lampus, hidup itu ...(?) jadi manusia jangan suka menipu.
Bambu petung, hidup itu sinting. Walaupun sinting tapi jangan bingung.
Bambu wuluh, hidup itu tumbuh. Jangan bersikap acuh pura-pura tidak tahu.
Bambu cendani, hidup itu berani. Berani menghadapi jangan berlari karena takut.
Bambu kuning, hidup itu ingat. Wajib mengingat, ingat kepada Sang Pemberi.


Jadi setiap bambu itu memiliki falsafahnya masing masing. Wah segini dulu ya yang bisa tak tulis ndak menuh Menuhin, jadi,..

Bersambung,……………

Sumber : http://hi-in.facebook.com/topic.php?uid=58908683394&topic=9892


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coment ya..
jazakallah

Copyright © ---Peace Syndicate--- Urang-kurai